Home » » Percintaan dengan ABG Amoy

Percintaan dengan ABG Amoy

Bandar Bola Terpercaya 



Namaku Yudi, umurku 29 tahun. Aku dari lahir sampai sekarang tinggal di Bandung. Dulu aku kuliah di universitas swasta terkenal di Bandung Utara. Sekarang aku kerja di salah satu pabrik garment di daerah Bandung Barat. Posisiku sebagai ManagerProduksi, jadi ya mengurusi produksi melulu. Sebagai level manager, aku bersyukur aku diberi fasilitas yang kupikir lebih dari cukup (soalnya dari dulu aku biasa diajarkan hidup sederhana, walaupun bapakku tidak begitu miskin).

Bos memberiku mobil Lancer Evo IV, rumah beserta isinya, HP dan sebagainya. Makanya aku betah-betahin kerja di pabrik itu. Aku kerja di pabrik itu kira-kira hampir 2 tahun sampai sekarang. Alasannya klasik, nggak ada perhatian lagi. Ya sudah aku terima saja, mungkin ini takdirku mesti begini.


Suatu ketika salah satu mesin pabrik rusak. Padahal jika mesin mati satu, target produksi pasti bakal tidak terpenuhi.  Aneh kupikir. Akhirnya aku minta staf divisi pembelian untuk order spare mesin ke supplier langganan pabrikku. Pokoknya kubilang, besok siang spare part itu harus sudah ada.

Walaupun pihak supplier belum bisa mengatakan sanggup, soalnya barang itu mesti pesan dulu ke Jepang. Biasanya paling cepat satu minggu. Karena aku tidak sabar, akhirnya kutelepon ke suppliernya. Maklum ini untuk order ekspor. Besoknya kutelepon lagi, yang mengangkat cewek (yang kemarin kali ya?). Terus kubilang kapan kepastiannya, dia bilang lusa barang dijamin ada. Oke kupikir.

Lusanya memang barangnya sudah sampai di pabrikku. Waktu itu barang diantarnya pagi sekitar jam 10.30. Mesin yang rusak disetting ulang oleh bagian Maintenance/Montir. Jam 12.30 aku istirahat dulu sambil makan siang bersama dengan manager lainnya.

Namanya Vera. Feelingku mengatakan, pasti Vera orangnya cantik. Akhirnyalama-lama aku jadi sering menelepon Vera. Biasanya sih saat waktu istirahat. Bla.. bla… bla…. ternyata Vera satu almamater denganku cuma beda fakultas, dan wisudanya juga bersamaan denganku. 

Hampir sebulan aku hanya saling menelepon dengan dia, seringnya sih di kantor. Selama ada fasilitas kantor kumanfaatkan saja. Akhirnya aku punya inisiatif buat mengajak dia ketemu denganku. 

Waktu itu aku ijin pulang jam 4 sore ke Factory Managerku, alasannya keperluan keluarga. Sebelumnya kutelepon dulu ke kantor Vera, kujemput dia pakai mobil Lancer Evo IV D 234 XX silver smoke.  Akhirnya aku melihat tinggal cewek sendirian lumayan cantik melihat mobil yang warnanya silver smoke. Kupikir itu pasti Vera. Aku juga bingung mau ngapain, turun atau diam di mobil saja. Norak sekali aku nih! Bodohnya keluar. Habis aku belum pernah kenalan dengan cara begini. Ah… lebih baik aku samperin saja.

Astaga, cantik sekali si Vera. Asli cantik sekali! aku nggak bohong. Kulitnya putih (khas Chinese), tingginya kira-kira 165 cm, cukup tinggi untuk ukuran cewek, rambutnya pendek di atas bahu, warna rambutnya hitam kecoklat-coklatan, matanya juga coklat, wah… seksi sekali, dia memaakai stelan blazermerah, dan bawahannya dia pakai celana panjang, dengan juga warnanya (satu stel deh pokoknya).

“Hai…” kataku.
“Yudi ya?” katanya sambil salaman denganku.
“Iya…” kataku lagi.
“Ke mobil aja yuk… ” kataku lagi.
Akhirnya kami berdua masuk ke mobil.

Selama perjalanan aku nggak mengerti mau ngapain, wangi parfumnya membuat aku mabok. Yang akhirnya kutahu dia pakai parfum produk Lancome. Cafe mewah kawasan elite Bandung Utara. Lumayan mahal untuk ukuranku. Tapi aku belagu saja, seperti yang sudah sering ke situ.

Akhirnya kuantarkan Vera pulang, rumahnya di kompleks perumahan elit di jalan Sukarno-Hatta (By Pass), biasanya yang menempati orang-orang Chinese kaya raya.
Sesudah mengantar Vera, aku akhirnya pulang ke rumah inventarisku di bilangan Setra Duta. Sambil pulang aku berpikir, aku punya resiko besar buat pacaran dengan Vera. Resiko yang paling tinggi adalah ras

Besoknya, pagi-pagi dari kantor kutelepon ke kantor dia, yah.. buat say hello. Ternyata responnya positif. Biasanya sih hari minggu, habisnya kalau hari biasa aku dan dia juga tidak selalu bisa. Oh iya, hari Sabtu aku dan dia nggak libur. Apalagi aku harus sering lembur. Semakin aku sering ketemu dengan dia, aku jadi sayang dengan Vera, dan Vera juga begitu Semakin aku sering ketemu dengan dia, aku jadi sayang dengan Vera, dan Vera juga begitu Semakin aku sering ketemu dengan dia, aku jadi sayang dengan Vera, dan Vera juga begitu

Akhirnya kutawarkan ke Vera main ke rumah inventarisku. Sesudah sampai kami langsung duduk di sofa, di ruang tengah, nonton film di RCTI, habis kalau VCD terus bosan. Kami duduk dekat banget. Aku duduk di sebelah kanan Vera. Kupegang tangannya dan kuelus sampai pangkal lengannya, sambil aku pura-pura nonton film. Ternyata dia diam saja. Akhirnya kuberanikan diri untuk mencium pipi kanannya. Kupikir kalau dia keberatan paling-paling menamparku. Itu resikoku. 

Aku senang juga soalnya dia bilang bibirnya masih perawan, belum pernah dicium oleh laki-laki lain selain olehku barusan (aku percaya saja). Lama-lama kulumat juga bibirnya, lidahku kumasukkan ke mulutnya dengan setengah memaksa. Mungkin benar kalau dia belum berpengalaman. Terus kubuka kancing yang mengganggu itu, dia tidak menolak. Kuciumi lagi, sejak tadi tanganku belum bergerilya, paling memegang tangannya. Aku tipe laki-laki sopan sih, nggak langsung tancap gas. 

Dia hanya merem saja menikmati ciumanku sambil kadang-kadang mendesah, keenakan barangkali. Akhirnya semua kancing bajunya sudah kulepas, dia memakai BH warna cream (warna standard). Susunya tidak terlalu besar, menurutku sih cukup proporsional. Pas deh. Ukurannya aku tidak tahu, peduli amat. Yang penting masih bisa diremas. “Ver…, kulepas ya…” kataku pelan-pelan, persis di samping telinganya. Dia tidak menjawab, cuma mengangguk. Matanya yang sayu menatapku. Akhirnya begitu sudah kulepas BH-nya, kuciumi puting susunya yang berwarna merah kecoklatan.

Karena tempat di sofa kurang lebar, akhirnya kuminta dia pindah ke karpet/permadani di bawah. Lebih lega dan lebih nyaman. Terus kuciumi lagi bibirnya, dia juga balas lebih gila lagi. Wah, muridku sudah pintar nih he.. he.. he. Waktu itu aku masih memakai pakaian lengkap, aku memakai Polo Shirt. Sedangkan Vera sudah telanjang dada. 
Semakin diciumi, nafasnya semakin tidak beraturan, sambil aku sekali-sekali melihat ke arah dia, mukanya jadi merah sekali (seperti orang Jepang di musim salju) bibirnya juga yang agak membuka, seksi sekali. Benar lho, aku tidak mengarang!

Puas menciumi susunya, terus aku turun ke perutnya. Yah, mentok di celana jeans-nya. Kubuka saja, pasti dia tidak akan menolak kok. PD pokoknya. Akhirnya kancingnya kubuka, terus ritsluitingnya kubuka sampai habis.  akhirnya kulucuti celananya. Pahanya itu, membuat laki-laki terangsang melihatnya. Apalagi sekarang si Vera cuma pakai CD saja. 

akhirnya kulucuti celananya. Pahanya itu, membuat laki-laki terangsang melihatnya. Apalagi sekarang si Vera cuma pakai CD saja. Busyet deh! Bulu kemaluannya tidak terlalu lebat, tipis-tipis saja tuh, pokoknya nikmat dilihat. Kuciumi di atas CD-nya, terus akhirnya semakin ke bawah. CD-nya sudah basah sekali. Kuciumi vaginanya, dia masih memakai CD.  Aku ragu juga sih, apa dia mau kusetubuhi. Tapi akhirnya aku minta persetujuannya dulu. Walaupun ini semua tanpa proses oral. Bagiku tidak jadi masalah, lebih nikmat main saja langsung.

“Ver… masukin?” kataku deg-degan. Kalau ditolakkan malu juga. Ternyata dia mau juga. Wah asyik juga nih.  Susah sekali, masih perawan kupikir. Pelan-pelan dan sedikit-sedikit kutekan kepala penisku, terus dan terus…. “Ahh…. sakit Yud….” kata Vera antara setengah sadar dan tidak kepadaku.

Akhirnya masuk juga seluruh batang penisku yang panjangnya sekitar 17 cm (lumayan lah untuk ukuran standard orang Indonesia). Sepertinya kulihat Vera sudah mau orgasme, sambil terus menyebut namaku. “Tahan ya Ver, aku juga udah mau keluar”, kataku. Kira-kira setelah menyetubuhinya sekitar 15 menit. Lama-lama si Vera sudah tidak tahan, aku juga sudah tidak tahan.

Sensasinya benar-benar tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Aku langsung dekap tubuhnya, kucium bibirnya, mesra sekali. Penisku sengaja belum kucabut, kubiarkan saja mengecil sendiri di dalam vaginanya. Aku bisikan di telinga Vera, “Wo ai ni, Ver…” kataku sok Mandarin. Vera hanya tersenyum sambil mencium bibirku Kejadian ini berlangsung terus sampai kira-kira 5 kali di tempat yang sama. Orang tua Vera tidak tahu terhadap perbuatan anaknya Kalau aku sih menganggap dia pacarku, tapi dia masih belum menganggapku pacarnya, takut sama orangtuanya. Kupikir Vera itu HTI (Hanya Teman Intim / Hubungan Tanpa Ikatan).








0 komentar:

Posting Komentar